Makna Berserah Diri dan Tawakal dalam Islam: Belajar dari Doa dan Peristiwa Sejarah
Dalam kehidupan, kita sering dihadapkan pada ujian dan nikmat yang datang silih berganti. Sering kali kita salah memahami makna cobaan, menganggap bahwa ujian adalah tanda keburukan. Padahal, dalam Islam, segala sesuatu yang menimpa seorang hamba bisa jadi merupakan bentuk cinta dan perhatian dari Allah ﷻ.
Makna "Aslamtu" – Aku Berserah Diri
Kata “Aslamtu” dalam bahasa Arab berarti “aku berserah diri”. Dalam konteks spiritual, ini bukan sekadar pasrah, melainkan penerimaan yang tulus terhadap segala takdir yang Allah tetapkan, baik itu nikmat maupun ujian. Ketika seorang hamba benar-benar menyandarkan dirinya kepada Allah, ia akan melihat setiap ujian sebagai bentuk perhatian dari-Nya—bukan siksaan, melainkan peringatan lembut agar kembali kepada-Nya.
Ulama menjelaskan bahwa berserah diri juga mencakup sikap menerima keadaan yang tidak bisa diubah, seperti kelahiran dalam kondisi cacat, atau kehilangan harta. Semua itu adalah ujian, dan Allah telah menjanjikan jalan keluar bagi siapa yang sabar dan bertawakal.
Makna "Wa Bika Amantu" – Dan Kepada-Mu Aku Beriman
Keimanan kepada Allah adalah fondasi utama dalam Islam. Ketika seseorang mengatakan, “Aku beriman kepada-Mu”, itu berarti ia percaya bahwa semua yang terjadi dalam hidup ini adalah ciptaan Allah yang penuh hikmah. Termasuk di dalamnya adalah keyakinan kepada rukun iman yang enam: Allah, malaikat, kitab-kitab, para rasul, hari kiamat, dan takdir baik maupun buruk.
Iman ini akan menguatkan hati saat cobaan datang, karena seorang mukmin sadar bahwa semua yang terjadi adalah atas izin Allah.
Makna "Wa ‘Alayka Tawakkaltu" – Dan Kepada-Mu Aku Bertawakal
Tawakal adalah puncak dari berserah diri setelah berikhtiar. Dalam sebuah hadis riwayat Bukhari, Rasulullah ﷺ bersabda bahwa jika kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, maka Allah akan memberikan rezeki seperti halnya burung yang keluar di pagi hari dalam keadaan lapar, dan kembali di sore hari dalam keadaan kenyang.
Tawakal bukan berarti pasrah tanpa usaha. Itu disebut “tawakul” dan tidak dibenarkan. Tawakal yang benar adalah melakukan ikhtiar maksimal, lalu menyerahkan hasilnya sepenuhnya kepada Allah.
Makna "Wa Ilaika Anabtu" – Dan Kepada-Mu Aku Kembali
Inabah berarti kembali kepada Allah dalam segala urusan, sekecil apa pun. Mau keluar rumah, cari tempat parkir, bahkan hal-hal sepele seperti minum dan tidur, semua dianjurkan untuk disertai doa dan mengingat Allah. Ini bukan fanatisme, tapi tanda hubungan dekat dan kesadaran bahwa Allah-lah tempat bergantung yang sesungguhnya.
Makna "Wa Bika Khashamtu" – Dan Dengan-Mu Aku Bermusuhan
Makna kalimat ini adalah bentuk deklarasi bahwa seseorang hanya akan memusuhi mereka yang jelas-jelas menentang agama Allah. Dalam bentuk umum, ini bisa berarti berjihad melawan musuh Islam. Dalam konteks khusus, ini juga bisa berarti memusuhi perbuatan maksiat dan kemungkaran, bukan fisik orangnya. Ketika pelaku maksiat bertobat, kita wajib memperlakukannya seperti saudara kembali.
Kalimat Tauhid: La Ilaha Illa Anta
Kalimat ini adalah inti dari seluruh keyakinan Islam: “Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau.” Ini adalah bentuk pengakuan bahwa hanya Allah-lah yang pantas dijadikan tempat bergantung, bukan manusia, benda, atau kekuatan duniawi lainnya.
Apakah Allah Menyesatkan?
Pertanyaan ini sering muncul. Dalam Al-Qur’an, disebutkan bahwa Allah memberi hidayah kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyesatkan siapa yang Dia kehendaki. Namun, bukan berarti Allah zalim. Allah menyesatkan dengan keadilan-Nya, setelah orang tersebut menolak petunjuk berkali-kali. Kaum-kaum terdahulu seperti kaum 'Ad, Tsamud, Firaun, dan lainnya adalah contoh nyata: setelah puluhan tahun menolak ajakan para nabi, Allah tutup hati mereka dan menurunkan azab.
Kalimat Doa: Hasbunallahu Wa Ni'mal Wakil
Salah satu doa terbaik ketika berada dalam kesulitan adalah:
"Hasbunallahu wa ni’mal wakil"
“Cukuplah Allah sebagai penolong kami, dan Dia adalah sebaik-baik pelindung.”
(QS. Ali ‘Imran: 173)
Kalimat ini diucapkan oleh Nabi Ibrahim عليه السلام saat dilemparkan ke dalam api, dan oleh Rasulullah ﷺ saat mendengar kabar bahwa musuh berkumpul untuk menyerang.
Kisah Perang Uhud dan Hamra' Al-Asad
Setelah kekalahan di Perang Uhud, para sahabat luka-luka dan kelelahan. Namun turunlah wahyu agar mereka segera mengejar pasukan Quraisy. Walaupun dalam kondisi tubuh yang lemah, mereka tetap bangkit. Ada yang berjalan sambil dipapah, ada yang digendong, bahkan ada yang saling menyeret sesama saudara karena tidak kuat berjalan sendiri. Ini menunjukkan semangat luar biasa dan totalitas mereka dalam ketaatan kepada Rasulullah ﷺ.
Ternyata, keberangkatan mereka ini membuat musuh ketakutan. Mereka melihat bahwa pasukan yang kemarin kalah dan terluka kini bangkit kembali, bahkan siap mati syahid. Akhirnya, Quraisy mundur tanpa perlawanan.
Hikmah dari Peristiwa Ini
-
Menunjukkan bahwa kemenangan adalah dari Allah, bukan dari kekuatan fisik semata.
-
Menghidupkan semangat para sahabat yang sempat surut karena kekalahan.
-
Menjadi pelajaran bahwa keteguhan dan keyakinan kepada Allah lebih kuat dari luka dan rasa lelah.
-
Membuktikan bahwa musuh bisa dikalahkan bukan hanya dengan senjata, tapi dengan keberanian dan keimanan.
Penutup: Kuatkan Diri dengan Doa dan Keyakinan
Setiap muslim dianjurkan untuk senantiasa membaca kalimat:
Hasbunallahu wa ni’mal wakil
Baik dalam kesulitan kecil maupun besar. Kalimat ini adalah tameng perlindungan, penyemangat dalam keterbatasan, dan bukti bahwa kita meyakini bahwa hanya Allah-lah yang berkuasa atas segala sesuatu.
Posting Komentar untuk "Makna Berserah Diri dan Tawakal dalam Islam: Belajar dari Doa dan Peristiwa Sejarah"